🎐AHAD STORY
Hari/Tgl. : Ahad, 09 September 2018
28 Dzulhijjah 1439 H
No. : 358/AS/KOM/IX/2018
Tujuan : Semua KUTUBer
◆=¤==◆==¤◇◆◇¤==◆==¤=◆
💦❄💦❄💦❄💦❄💦❄💦
☘ Syukuri, Hargai Yang Kita Punya
Sreeekkk... Aku mendorong piring di depanku. Isinya masih setengah roti bakar dengan selai cokelat dan kacang.
"Kok udahan sarapannya?" Tanya mama setelah menelan roti yang dikunyahnya sejak tadi.
"Kenyang." Sahutku singkat. Mama tersenyum kecut.
"Kenyang atau bosen?" Tanyanya lagi. Aku menatap mama dengan tatapan tajam.
Mama, seorang single parent yang ditinggal papa sejak aku usia 5 tahun. Papa kerja di Jepang dan hingga kini tidak pernah kembali. Belasan tahun sudah. Semenjak itu, mama jadi tulang punggung keluarga. Beliau kerja dari pagi hingga malam. Jarang sekali ia ada di rumah, apalagi untuk memasak.
Duh, mana sempat! Tapi itulah yang membuatku kesal dengan mama. Setiap sarapan, aku dan mama hanya makan roti lapis. Siang aku makan di luar sepulang sekolah. Dan malam, mama masak ala kadarnya saja.
🌹🌹🌹
"Sekali-kali yang enak kek Ma. Yang berbobot gitu makanannya. Ini terus, bosen." Kataku seraya menyeruput susu.
"Aku berangkat." Aku menyalami mama lalu pergi ke sekolah.
Tak kupikirkan bagaimana perasaan mama saat itu. Yang penting kekesalanku terlampiaskan pada mama. Semoga mama menyadari apa yang kumau.
Ciiitttt...Motorku ngerem mendadak. Di seberang jalan, tampak kerumunan orang. Saking keponya, aku menghampiri. Betapa kagetnya aku saat melihat seorang anak kecil babak belur dihajar massa.
"Ada apa, Pak?" Tanyaku penasaran pada salah satu orang yang berdiri di sana. "Ini nih, maling roti. Kecil kecil udah nyolong." Sahutnya penuh emosi. Sepertinya ia pemilik toko roti yang kecurian. Aku terenyuh melihat tatapan mata si bocah. Tiba-tiba aku menangis. Kudekati anak itu.
"Kenapa kamu mencuri?" Tanyaku sehalus mungkin.
"Lapar Kak. Kasihan juga ibu saya di rumah belum makan dari kemarin. Semir sepatu saya belum laku sama sekali seminggu ini." Aku terpukul mendengar pengakuannya.
"Pak, Bapak tega ya mukulin dan akan penjarain anak ini? Anak ini seharusnya kita bantu, kita lindungi." Kataku bergetar.
"Maling masa dilindungi?"
"Bukan perihal malingnya. Tapi kemiskinannya." Aku berapi-api.
"Aaahhh, paling bohong dia, Neng." Si Bapak tak terima.
"Astagfirullah... Bapak te... "
"Kak, sudah gak apa-apa. Kalau saya harus dihukum, saya terima kok. Kan saya memang salah. Sudah miskin, mencuri lagi. Aku menahan tangis. Tidak lama, dua orang polisi datang. Tangisku tidak terbendung ketika anak itu benar-benar dibawa polisi.
🌹🌹🌹
Ya Allah, anak itu mencari makan sampai mencuri. Sedangkan aku yang tinggal makan saja masih mengeluh dan ingin yang lain. Bagaimana kalau mama tidak punya uang dan terpaksa mengambil karena ingin membahagiakan aku?
Ya Allah... Aku segera meraih handphone dan kukirim pesan pada mama. Ma, makasih, Sarapannya enak. Sayang tadi aku buru-buru jadi gak habis. Tapi aku janji malam ini akan habiskan makanan yang mama masak. Apapun itu. Love you, Ma.
Hari ini, ada pelajaran untuk menghargai dan bersyukur dengan apa yang kupunya. Terima kasih kamu... semoga kamu tidak benar-benar dihukum karena keterpaksaan dan kemiskinan itu ya.
🔹🔸🔹
✍🏻 Mitha Juniar
❄💦❄💦❄💦❄💦❄💦❄
==========☆☆☆============
═❁💰SEDEKAH KUTUB💰❁ ═
💰 Bank Muamalat (kode bank 147) atas Nama Komunitas Tahajjud Berantai
📲 Cinta Hafidz - Norek :3350010324
📱Cinta Yatim - No. rek: 3350010325
💻 Peningkatan Ekonomi Duafa - No. Rek:3350010326
📮Cinta Masjid - No. rek 3350010327
📦 Sosial Kemanusiaan - No.Rek : 3350010328
☎ Syiar Dakwah - No. Rek: 3180005019 atau melalui MAK bagi yg sudah mendapatkannnya
📱Konfirmasi :0857-4937-6876 (Bendahara)
❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁
✊🏻 *Mengokohkan Langkah, Menggelorakan Istiqamah*
Hari/Tgl. : Ahad, 09 September 2018
28 Dzulhijjah 1439 H
No. : 358/AS/KOM/IX/2018
Tujuan : Semua KUTUBer
◆=¤==◆==¤◇◆◇¤==◆==¤=◆
💦❄💦❄💦❄💦❄💦❄💦
☘ Syukuri, Hargai Yang Kita Punya
Sreeekkk... Aku mendorong piring di depanku. Isinya masih setengah roti bakar dengan selai cokelat dan kacang.
"Kok udahan sarapannya?" Tanya mama setelah menelan roti yang dikunyahnya sejak tadi.
"Kenyang." Sahutku singkat. Mama tersenyum kecut.
"Kenyang atau bosen?" Tanyanya lagi. Aku menatap mama dengan tatapan tajam.
Mama, seorang single parent yang ditinggal papa sejak aku usia 5 tahun. Papa kerja di Jepang dan hingga kini tidak pernah kembali. Belasan tahun sudah. Semenjak itu, mama jadi tulang punggung keluarga. Beliau kerja dari pagi hingga malam. Jarang sekali ia ada di rumah, apalagi untuk memasak.
Duh, mana sempat! Tapi itulah yang membuatku kesal dengan mama. Setiap sarapan, aku dan mama hanya makan roti lapis. Siang aku makan di luar sepulang sekolah. Dan malam, mama masak ala kadarnya saja.
🌹🌹🌹
"Sekali-kali yang enak kek Ma. Yang berbobot gitu makanannya. Ini terus, bosen." Kataku seraya menyeruput susu.
"Aku berangkat." Aku menyalami mama lalu pergi ke sekolah.
Tak kupikirkan bagaimana perasaan mama saat itu. Yang penting kekesalanku terlampiaskan pada mama. Semoga mama menyadari apa yang kumau.
Ciiitttt...Motorku ngerem mendadak. Di seberang jalan, tampak kerumunan orang. Saking keponya, aku menghampiri. Betapa kagetnya aku saat melihat seorang anak kecil babak belur dihajar massa.
"Ada apa, Pak?" Tanyaku penasaran pada salah satu orang yang berdiri di sana. "Ini nih, maling roti. Kecil kecil udah nyolong." Sahutnya penuh emosi. Sepertinya ia pemilik toko roti yang kecurian. Aku terenyuh melihat tatapan mata si bocah. Tiba-tiba aku menangis. Kudekati anak itu.
"Kenapa kamu mencuri?" Tanyaku sehalus mungkin.
"Lapar Kak. Kasihan juga ibu saya di rumah belum makan dari kemarin. Semir sepatu saya belum laku sama sekali seminggu ini." Aku terpukul mendengar pengakuannya.
"Pak, Bapak tega ya mukulin dan akan penjarain anak ini? Anak ini seharusnya kita bantu, kita lindungi." Kataku bergetar.
"Maling masa dilindungi?"
"Bukan perihal malingnya. Tapi kemiskinannya." Aku berapi-api.
"Aaahhh, paling bohong dia, Neng." Si Bapak tak terima.
"Astagfirullah... Bapak te... "
"Kak, sudah gak apa-apa. Kalau saya harus dihukum, saya terima kok. Kan saya memang salah. Sudah miskin, mencuri lagi. Aku menahan tangis. Tidak lama, dua orang polisi datang. Tangisku tidak terbendung ketika anak itu benar-benar dibawa polisi.
🌹🌹🌹
Ya Allah, anak itu mencari makan sampai mencuri. Sedangkan aku yang tinggal makan saja masih mengeluh dan ingin yang lain. Bagaimana kalau mama tidak punya uang dan terpaksa mengambil karena ingin membahagiakan aku?
Ya Allah... Aku segera meraih handphone dan kukirim pesan pada mama. Ma, makasih, Sarapannya enak. Sayang tadi aku buru-buru jadi gak habis. Tapi aku janji malam ini akan habiskan makanan yang mama masak. Apapun itu. Love you, Ma.
Hari ini, ada pelajaran untuk menghargai dan bersyukur dengan apa yang kupunya. Terima kasih kamu... semoga kamu tidak benar-benar dihukum karena keterpaksaan dan kemiskinan itu ya.
🔹🔸🔹
✍🏻 Mitha Juniar
❄💦❄💦❄💦❄💦❄💦❄
==========☆☆☆============
═❁💰SEDEKAH KUTUB💰❁ ═
💰 Bank Muamalat (kode bank 147) atas Nama Komunitas Tahajjud Berantai
📲 Cinta Hafidz - Norek :3350010324
📱Cinta Yatim - No. rek: 3350010325
💻 Peningkatan Ekonomi Duafa - No. Rek:3350010326
📮Cinta Masjid - No. rek 3350010327
📦 Sosial Kemanusiaan - No.Rek : 3350010328
☎ Syiar Dakwah - No. Rek: 3180005019 atau melalui MAK bagi yg sudah mendapatkannnya
📱Konfirmasi :0857-4937-6876 (Bendahara)
❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁
✊🏻 *Mengokohkan Langkah, Menggelorakan Istiqamah*
Thanks for reading & sharing KUMPULAN ILMU DAN CERITA
