ππππππ
*ARTIKEL MALAM*
Hari/Tgl. : Senin, 1 Oktober 2018
22 Muharram 1440 H
No. : 1275/AM/KOM/X/2018
Materi : Motivasi
Tujuan : KUTUBer & Umum
========= ❁❁❁❁ =========
πππ»πππ»πππ»πππ»
π Menjadi Besar Dengan Cara Yang Benar (Bag. 2)
π Niat Benar, Amal Menjadi Besar
Hadist niat ini masuk dalam 70 bab dalam fiqih. Mengapa? Karena niat akan menentukan kualitas amal, apakah amal itu menjadi amal ketaatan atau malah merosot nilainya menjadi maksiat. Semuanya kembali kepada niat.
Niat memiliki banyak fungsi dan arti yang berdampak pada bernilai tidaknya suatu amal.
1. Menyempurnakan
Tanpa niat yang jelas, sebuah amal tidak sempurna, tidak bernilai di sisi Allah. Sebagian ulama menegaskan “innamal a’malu bin niyaat” maksudnya sebagai “innamaa kamaalul a’maal” sesungguhnya sempurnanya amal adalah dengan niat. Inilah yang menjadi dasar setiap amal, niat masuk dalam rukun setiap ibadah. Tak ada ibadah tanpa niat.
Ikhlas berarti membersihkan dan memurnikan sesuatu dari yang mengotorinya.
Secara istilah, ikhlas adalah menghendaki keridhoan Allah semata, dengan membersihkannya dari segala dosa individual maupun pamrih duniawi. Ikhlas adalah niat untuk mencari keridhoan Allah saja dengan beramal tanpa menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun selain-Nya, dan memurnikan niat dari segala sesuatu yang merusaknya. Dalil disyariatkannya ikhlas,
Rasulullah SAW, bersabda: “Sesungguhnya diterimanya amal perbuatan hanyalah tergantung pada niatnya dan setiap orang mendapatkan apa yang diniatkannya. Maka barangsiapa berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu (ikhlas) karena Allah dan Rasul-Nya. Dan barangsiapa berhijrah karena faktor duniawi yang dikehendakinya atau untuk mendapatkan wanita yang hendak dinikahinya, maka hijrahnya itu sesuai dengan yang diniatkannya.” (HR. Bukhari Muslim)
Hadits di atas, menurut Imam Syafi’I merupakan sepertiga dari ilmu. Karena amaliah-amaliah itu terdiri dari 3 bagian. Pertama, sifat lisan yaitu dzikir. Kedua, sifat hati, yaitu niat, dan ketiga, sifat gerakan.
Sedangkan menurut Abu Dawud hadits ini merupakan separo dari Islam. Karena dalam islam ada perkara yang dhahir yaitu syariat yang tampak dan ada perkara batin berupa niat yang tersembunyi.
Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak menerima amal perbuatan, kecuali yang murni dan hanya mengharapkan ridha-Nya.” (HR. Abu Dawud dan Nasa’i).
2. Mengubah
Niat yang buruk bisa mengubah suatu amal yang baik menjadi buruk. Misalnya, sedekah, infaq sebuah amal baik, tapi bila dilakukan untuk pamrih tertentu seperti jabatan, kedudukan, popularitas, maka ia menjadi gugur nilainya. Tapi tidak berlaku sebaliknya. Tak bisa, dengan alasan niat yang baik untuk mengubah keburukan menjadi kebaikan . Tidak bisa melakukan korupsi, mencuri, maksiat dengan tujuan ibadah. Misalnya: “Bismillah nawaitu korupsi lillahi ta’ala…saya berniat korupsi karena Allah Ta’ala.” Karena ada kaidah “al-ghayah laa tubarriru ai wasilah” tujuan yang baik harus dilakukan dengan cara baik pula. “Sesungguhnya Allah mewajibkan kebaikan atas segala sesuatu.” (HR. Muslim)
3. Menguatkan
Dengan niat, amal menjadi kuat, komitmen menjadi kokoh, motivasi menjadi dasyat, badan yang lemas menjadi kuat. Itulah ruhunniyah, ruh-nya niat sebagaimana dalam firman Allah :
.....ΩَΨ₯ِΨ°َΨ§ ΨΉَΨ²َΩ ْΨͺَ ΩَΨͺَΩَΩَّΩْ ΨΉَΩَΩ Ψ§ΩΩَّΩِ ۚ ......
“.....Jika kamu telah bulat tekadmu, maka bertawakallah kepada Allah.”..... (QS. Ali Imran: 159)
Misal : lapar. Jika bukan karena niat berpuasa, maka akan gelisah bagaimana caranya untuk bias segera memenuhi “keroncongan” perutnya. Tapi bila sejak awal memasang niat untuk berpuasa, insyaa Allah jiwa akan kuat karena telah meniatkannya. Sehingga berbekal ruh niat “orang berpuasa akan kuat saat menunaikannya, taat, sabar dalam menjauhi maksiat, tegar menghadapi godaan.
Karena banyak maksiat bisa mengurangi bahkan menghapus pahala yang dikumpulkannya dengan susah payah. Seperti dengki yang menghapus pahala. Sikap ujub, riya dan takabur yang merusak ibadah. Sikap sombong dan angkuh yang menghanguskan tiket surga.
Oleh karena itulah Nabi menganjurkan orang yang hendak berpuasa untuk memasang niat dan menguatkan lagi dengan sahur. “Fainna fissahuuri barokah…sesungguhnya didalam sahur ada keberkahan.” Maka perbaharuilah selalu imanmu dengan “Laailaaha illallah”, perbaharuilah amalmu dengan keikhlasan, perbaharuilah semangat dengan doa dan munajat, perbaharuilah akhlak dengan pembersihan jiwa.
(Bersambung...)
sumber: "From Zero to Hero"
πππ»πππ»πππ»πππ»
=============================
π³π»Konsultasi: https://wa.me/6281254571543 (Apry Zakaria Ramadhan)
π² Info KUTUB : Bit.ly/media_kutub
-----------**-----------
═❁π°SEDEKAH KUTUBπ°❁ ═
π° Bank Muamalat Nomor rekening: 3180005019
π³ Ac : Komunitas Tahajjud Berantai atau Ke Member Account KUTUB masing-masing (bagi yang sudahu mendapatkan identitas member Kutub)
π±Konfirmasi : https://wa.me/ 085749376876 (Bendahara KUTUB)
❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁
✊π» Mengokohkan Langkah, Menggelorakan Istiqamah (OMGT)
*ARTIKEL MALAM*
Hari/Tgl. : Senin, 1 Oktober 2018
22 Muharram 1440 H
No. : 1275/AM/KOM/X/2018
Materi : Motivasi
Tujuan : KUTUBer & Umum
========= ❁❁❁❁ =========
πππ»πππ»πππ»πππ»
π Menjadi Besar Dengan Cara Yang Benar (Bag. 2)
π Niat Benar, Amal Menjadi Besar
Hadist niat ini masuk dalam 70 bab dalam fiqih. Mengapa? Karena niat akan menentukan kualitas amal, apakah amal itu menjadi amal ketaatan atau malah merosot nilainya menjadi maksiat. Semuanya kembali kepada niat.
Niat memiliki banyak fungsi dan arti yang berdampak pada bernilai tidaknya suatu amal.
1. Menyempurnakan
Tanpa niat yang jelas, sebuah amal tidak sempurna, tidak bernilai di sisi Allah. Sebagian ulama menegaskan “innamal a’malu bin niyaat” maksudnya sebagai “innamaa kamaalul a’maal” sesungguhnya sempurnanya amal adalah dengan niat. Inilah yang menjadi dasar setiap amal, niat masuk dalam rukun setiap ibadah. Tak ada ibadah tanpa niat.
Ikhlas berarti membersihkan dan memurnikan sesuatu dari yang mengotorinya.
Secara istilah, ikhlas adalah menghendaki keridhoan Allah semata, dengan membersihkannya dari segala dosa individual maupun pamrih duniawi. Ikhlas adalah niat untuk mencari keridhoan Allah saja dengan beramal tanpa menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun selain-Nya, dan memurnikan niat dari segala sesuatu yang merusaknya. Dalil disyariatkannya ikhlas,
Rasulullah SAW, bersabda: “Sesungguhnya diterimanya amal perbuatan hanyalah tergantung pada niatnya dan setiap orang mendapatkan apa yang diniatkannya. Maka barangsiapa berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu (ikhlas) karena Allah dan Rasul-Nya. Dan barangsiapa berhijrah karena faktor duniawi yang dikehendakinya atau untuk mendapatkan wanita yang hendak dinikahinya, maka hijrahnya itu sesuai dengan yang diniatkannya.” (HR. Bukhari Muslim)
Hadits di atas, menurut Imam Syafi’I merupakan sepertiga dari ilmu. Karena amaliah-amaliah itu terdiri dari 3 bagian. Pertama, sifat lisan yaitu dzikir. Kedua, sifat hati, yaitu niat, dan ketiga, sifat gerakan.
Sedangkan menurut Abu Dawud hadits ini merupakan separo dari Islam. Karena dalam islam ada perkara yang dhahir yaitu syariat yang tampak dan ada perkara batin berupa niat yang tersembunyi.
Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak menerima amal perbuatan, kecuali yang murni dan hanya mengharapkan ridha-Nya.” (HR. Abu Dawud dan Nasa’i).
2. Mengubah
Niat yang buruk bisa mengubah suatu amal yang baik menjadi buruk. Misalnya, sedekah, infaq sebuah amal baik, tapi bila dilakukan untuk pamrih tertentu seperti jabatan, kedudukan, popularitas, maka ia menjadi gugur nilainya. Tapi tidak berlaku sebaliknya. Tak bisa, dengan alasan niat yang baik untuk mengubah keburukan menjadi kebaikan . Tidak bisa melakukan korupsi, mencuri, maksiat dengan tujuan ibadah. Misalnya: “Bismillah nawaitu korupsi lillahi ta’ala…saya berniat korupsi karena Allah Ta’ala.” Karena ada kaidah “al-ghayah laa tubarriru ai wasilah” tujuan yang baik harus dilakukan dengan cara baik pula. “Sesungguhnya Allah mewajibkan kebaikan atas segala sesuatu.” (HR. Muslim)
3. Menguatkan
Dengan niat, amal menjadi kuat, komitmen menjadi kokoh, motivasi menjadi dasyat, badan yang lemas menjadi kuat. Itulah ruhunniyah, ruh-nya niat sebagaimana dalam firman Allah :
.....ΩَΨ₯ِΨ°َΨ§ ΨΉَΨ²َΩ ْΨͺَ ΩَΨͺَΩَΩَّΩْ ΨΉَΩَΩ Ψ§ΩΩَّΩِ ۚ ......
“.....Jika kamu telah bulat tekadmu, maka bertawakallah kepada Allah.”..... (QS. Ali Imran: 159)
Misal : lapar. Jika bukan karena niat berpuasa, maka akan gelisah bagaimana caranya untuk bias segera memenuhi “keroncongan” perutnya. Tapi bila sejak awal memasang niat untuk berpuasa, insyaa Allah jiwa akan kuat karena telah meniatkannya. Sehingga berbekal ruh niat “orang berpuasa akan kuat saat menunaikannya, taat, sabar dalam menjauhi maksiat, tegar menghadapi godaan.
Karena banyak maksiat bisa mengurangi bahkan menghapus pahala yang dikumpulkannya dengan susah payah. Seperti dengki yang menghapus pahala. Sikap ujub, riya dan takabur yang merusak ibadah. Sikap sombong dan angkuh yang menghanguskan tiket surga.
Oleh karena itulah Nabi menganjurkan orang yang hendak berpuasa untuk memasang niat dan menguatkan lagi dengan sahur. “Fainna fissahuuri barokah…sesungguhnya didalam sahur ada keberkahan.” Maka perbaharuilah selalu imanmu dengan “Laailaaha illallah”, perbaharuilah amalmu dengan keikhlasan, perbaharuilah semangat dengan doa dan munajat, perbaharuilah akhlak dengan pembersihan jiwa.
(Bersambung...)
sumber: "From Zero to Hero"
πππ»πππ»πππ»πππ»
=============================
π³π»Konsultasi: https://wa.me/6281254571543 (Apry Zakaria Ramadhan)
π² Info KUTUB : Bit.ly/media_kutub
-----------**-----------
═❁π°SEDEKAH KUTUBπ°❁ ═
π° Bank Muamalat Nomor rekening: 3180005019
π³ Ac : Komunitas Tahajjud Berantai atau Ke Member Account KUTUB masing-masing (bagi yang sudahu mendapatkan identitas member Kutub)
π±Konfirmasi : https://wa.me/ 085749376876 (Bendahara KUTUB)
❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁
✊π» Mengokohkan Langkah, Menggelorakan Istiqamah (OMGT)
Thanks for reading & sharing KUMPULAN ILMU DAN CERITA